Berita
CERITA KITA
*Admin
Kawan
Ingatkah Kita punya cerita
Pada jejak-jejak kaki yang terukir di lembah merapi
Kita torehkan setapak demi setapak langkah kaki kita pada punggungan bukit-bukit itu
Kita nyanyikan dendang sumbang hati seiring denting alam sang merbabu
Bisikan-bisikan jangkrik gunung pun menjadi teman mesra di setiap tarikan nafas kita
Pada Lantunan lalat-lalat kaki-kaki langit yang tak kenal layu menghangatkan jiwa-jiwa kosong kita
Tarian-tarian elang gunung yang membuka mata hati kita
Memberi cahaya pada kebesaran illahi
Kawan ingatkah kau
Pada dinginnya sinar rembulan malam sang sumbing
Pada kebekuan lereng-lereng sindoro,
Dan semua sirna dalam hangatnya canda tawa kita
Dimana Kerlip bintang yang begitu dekat menjadi penghibur malam-malam kita
Pun bintang-bintang jatuh yang slalu menerangi arah kita
Kawan
Masih ingatkah kau
Pada sebatang rokok peyambung tawa
Pada secangkir kopi yang penuh cerita
Yang meramaikan hari demi hari kita dalam sepinya masa
Kawan masih adakah cerita itu
Ataukah kehangatan itu tlah berakhir
Terkoyak oleh idealisme ruang dan waktu yang berbeda
Kawan
Masih adakah ruang itu untuk kita
Rindukah kau pada hembusan mesra kabut-kabut putih yang slalu menyelimuti kita
Apakah smua itu hanya mimpi masalalu kita
Tak inginkah kau belai mentari pagi di balutan awan langit
Kawan
Masih adakah hasrat kita pada embun pagi yang mengalir didedauan edelwis putih
Pada harmoni padang ilalang yang menari-nari tertiup angin
Kawan
Dimanakah wajah berseri-seri itu
Wajah penuh kejujuran tatkala kita tertawa bersama diatas awan sana
Kawan
Puaskah kau disana hanya bersanding dengan ukiran –ukiran kata dilayar kotak itu
Ukiran kata-kata yang hanya dapat membeli senyum para birokrat
Tak lelahkah kau pada angka-angka yang setiap saat menanti diatas meja
Pada tumpukan lemberan putih penuh tinta yang slalu mengejek hari-hari kita
Mengebiri detik demi detik waktu kita hanya untuk senyum-senyum tengik itu
Senyum-senyum semu dari para maniak kuasa
Tak inginkah kau bebas lepas
Berlari, menari mencumbu tiap karya illahi
Yang mengingatkan betapa kecilnya kita
Manyadarkan kita pada kefanaan
Kawan apakah nurani kita tlah mati
Terhenti pada persimpangan jati diri
Terkalahkan oleh idealisme duniawi
Semudah itukah cerita ini terpatri
Kawan masih bisakah kita bernyanyi
Masihkah kita bernyali
Ataukah smua ini tlah bertepi
Diperuntukan bagi yang ”siap tersesat”
Bukan untuk yang ”berani tersesat”
(@Ryudharma)