INFORMASI :

Mari bersama MBANGUN DESA untuk menuju Desa Sidomoro yang Aman, Nyaman, Damai, Tentram, Sejahtera... KITA BISA!!!

Berita

Berita

CERITA KITA

*Admin


Kawan

Ingatkah Kita punya cerita

Pada jejak-jejak kaki yang terukir di lembah merapi

Kita torehkan setapak demi setapak langkah kaki kita pada punggungan bukit-bukit itu

Kita nyanyikan dendang sumbang hati seiring denting alam sang merbabu

Bisikan-bisikan jangkrik gunung pun menjadi teman mesra di setiap tarikan nafas kita

Pada Lantunan lalat-lalat kaki-kaki langit yang tak kenal layu menghangatkan jiwa-jiwa kosong kita

Tarian-tarian elang gunung yang membuka mata hati kita

Memberi cahaya pada kebesaran illahi

Kawan ingatkah kau

Pada dinginnya sinar rembulan malam sang sumbing

Pada kebekuan lereng-lereng sindoro,

Dan semua sirna dalam hangatnya canda tawa kita

Dimana Kerlip bintang yang begitu dekat menjadi penghibur malam-malam kita

Pun bintang-bintang jatuh yang slalu menerangi arah kita

Kawan

Masih ingatkah kau

Pada sebatang rokok peyambung tawa

Pada secangkir kopi yang penuh cerita

Yang meramaikan hari demi hari kita dalam sepinya masa

Kawan masih adakah cerita itu

Ataukah kehangatan itu tlah berakhir

Terkoyak oleh idealisme ruang dan waktu yang berbeda

Kawan

Masih adakah ruang itu untuk kita

Rindukah kau pada hembusan mesra kabut-kabut putih yang slalu menyelimuti kita

Apakah smua itu hanya mimpi masalalu kita

Tak inginkah kau belai mentari pagi di balutan awan langit

Kawan

Masih adakah hasrat kita pada embun pagi yang mengalir didedauan edelwis putih

Pada harmoni padang ilalang yang menari-nari tertiup angin

Kawan

Dimanakah wajah berseri-seri itu

Wajah penuh kejujuran tatkala kita tertawa bersama diatas awan sana

Kawan

Puaskah kau disana hanya bersanding dengan ukiran –ukiran kata dilayar kotak itu

Ukiran kata-kata yang hanya dapat membeli senyum para birokrat

Tak lelahkah kau pada angka-angka yang setiap saat menanti diatas meja

Pada tumpukan lemberan putih penuh tinta yang slalu mengejek hari-hari kita

Mengebiri detik demi detik waktu kita hanya untuk senyum-senyum tengik itu

Senyum-senyum semu dari para maniak kuasa

Tak inginkah kau bebas lepas

Berlari, menari mencumbu tiap karya illahi

Yang mengingatkan betapa kecilnya kita

Manyadarkan kita pada kefanaan

Kawan apakah nurani kita tlah mati

Terhenti pada persimpangan jati diri

Terkalahkan oleh idealisme duniawi

Semudah itukah cerita ini terpatri

Kawan masih bisakah kita bernyanyi

Masihkah kita bernyali

Ataukah smua ini tlah bertepi

 

 

Diperuntukan bagi yang ”siap tersesat”

Bukan untuk yang ”berani tersesat”

(@Ryudharma)

Bagikan :

Tambahkan Komentar Ke Twitter